Dibaca : 86
KORAN JAKARTA/DADANG KUSUMA WS
Minggu (6/5), Childrens International Summer Village
(CISV), organisasi yang berkiprah di bidang pemahaman budaya
antarbangsa, menggelar acara Mosaic. Event ini dibuat dengan tujuan
memperkenalkan dan menghidupkan kembali permainan tradisional kepada
anak dan remaja, juga untuk menyelamatkan permainan tersebut dari bahaya
kepunahan, akibat arus perkembangan zaman yang kian canggih.
Melihat banyaknya ragam permainan tradisional, organisasi itu mengajak anakanak dan remaja mengenal kembali permainan asli Indonesia. Termasuk, mengajarkan bagaimana aturan permainan tersebut. Hal ini penting, agar warisan budaya itu tidak hilang atau ditinggalkan akibat perkembangan teknologi yang menciptakan beragam mainan yang terkesan modern.
Mainan canggih, memang amat disukai, baik oleh orang dewasa atau anak-anak. Fenomena ini membuat organisasi itu berpikir keras, bagaimana caranya memulihkan kembali citra permainan tradisional.
Padahal, permainan tradisional menyimpan banyak manfaat. Bukan saja untuk sosialisasi, tetapi juga melatih berbagai aspek, seperti sosial, pendidikan, lingkungan, dan tentunya budaya. Lewat permainan tradisional, kita bisa melihat, betapa kaya dan unik masyarakat Indonesia. Hal itu seharusnya menjadi kebangaan tersendiri.
Karena itu, CISV dan Komunitas Hong mengajak anak muda untuk bergembira di acara bertema Let's Go Out and Play. Acaranya diselenggarakan di aula SMP Kanisius, Menteng, Jakarta. Dimulai pukul 8.00 - 16.00 WIB. Event ini diikuti 190 anak-anak dan remaja, yang tergabung dalam CISV maupun yang di luar anggota.
"Kami menyelenggarakan acara ini punya misi mendukung perkembangan anakanak dalam mememukan jati diri. Permainan tradisional, dapat mengasah daya pikir, melatih kesabaran, cara memimpin atau dipimpin. Satu lagi, mereka juga jadi tahu, bagaimana cara menerima perbedaan karena Indonesia memiliki ragam budaya. Begitu pun permainannya," ujar Dharmesti Sindhunatha, National President dari organisasi itu.
Peserta acara ini adalah anak-anak di tingkat SD sampai SMA bahkan ada juga yang sudah kuliah. Hari itu, peserta terlihat senang dan amat menikmati setiap permainan yang digelar. Beberapa permainan yang disuguhkan adalah gasing, kelombatok, bedil jepret, dan momonyetan. btr/R-1
Melihat banyaknya ragam permainan tradisional, organisasi itu mengajak anakanak dan remaja mengenal kembali permainan asli Indonesia. Termasuk, mengajarkan bagaimana aturan permainan tersebut. Hal ini penting, agar warisan budaya itu tidak hilang atau ditinggalkan akibat perkembangan teknologi yang menciptakan beragam mainan yang terkesan modern.
Mainan canggih, memang amat disukai, baik oleh orang dewasa atau anak-anak. Fenomena ini membuat organisasi itu berpikir keras, bagaimana caranya memulihkan kembali citra permainan tradisional.
Padahal, permainan tradisional menyimpan banyak manfaat. Bukan saja untuk sosialisasi, tetapi juga melatih berbagai aspek, seperti sosial, pendidikan, lingkungan, dan tentunya budaya. Lewat permainan tradisional, kita bisa melihat, betapa kaya dan unik masyarakat Indonesia. Hal itu seharusnya menjadi kebangaan tersendiri.
Karena itu, CISV dan Komunitas Hong mengajak anak muda untuk bergembira di acara bertema Let's Go Out and Play. Acaranya diselenggarakan di aula SMP Kanisius, Menteng, Jakarta. Dimulai pukul 8.00 - 16.00 WIB. Event ini diikuti 190 anak-anak dan remaja, yang tergabung dalam CISV maupun yang di luar anggota.
"Kami menyelenggarakan acara ini punya misi mendukung perkembangan anakanak dalam mememukan jati diri. Permainan tradisional, dapat mengasah daya pikir, melatih kesabaran, cara memimpin atau dipimpin. Satu lagi, mereka juga jadi tahu, bagaimana cara menerima perbedaan karena Indonesia memiliki ragam budaya. Begitu pun permainannya," ujar Dharmesti Sindhunatha, National President dari organisasi itu.
Peserta acara ini adalah anak-anak di tingkat SD sampai SMA bahkan ada juga yang sudah kuliah. Hari itu, peserta terlihat senang dan amat menikmati setiap permainan yang digelar. Beberapa permainan yang disuguhkan adalah gasing, kelombatok, bedil jepret, dan momonyetan. btr/R-1
0 komentar:
Posting Komentar